Tampilkan postingan dengan label Karet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karet. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Juni 2010

Kegunaan Biji Karet


Umumnya orang hanya tahu dua tiga manfaat pohon karet. Disadap getahnya dan kayunya kalau tidak untuk kayu bakar bisa juga untuk papan buatan yang kini sedang dirintis oleh Lembaga Penyelidikan Masaalah Bangunan (LPMB), Bandung (TEMPO, 22 Maret). Manfat lain dari pohon karet? Sarbini yang sehari-harinya bekerja di Koperasi Konsumsi Usaha Bahagia (UBA) di Lampung Selatan punya pengalaman banyak tentang karet.

Ketika berada di perkebunan karet Wai Berulu Lampung Selatan, hubungandengan daerah Palembang terputus pada waktu Aksi Militer I dan II tahun 1946, 1949. Timbul kesulitan bahan bakar untuk kendaraan berrnotor dan penerangan lampu belum lagi kesukaan bahan makanan. Suasana benar-benar prihatin tapi akal harus dicari memecahkan masaalah. Ternyata masalahnya memang bisa dipecahkan. Dari smoked slabs (karet asap) bisa diperoleh bahan bakar dengan cara penyulingan seperti yang biasa dipergunakan untuk menyuling minyak sere ataupun minyak kayu putih. Hanya untuk memasaknya, perlu drum yang agak tebal dan kuat. Karet asap dimasukkan ke dalam instalasi yang kemudian dimasak. Dan pada ujung pipa yang masuk dalam ujung bak pendingin diperoleh hasil cairan berupa minyak mentah yang belum bisa digunakan. Sisa dari pemasakan pertama ini menghasilkan lendir hitam tak ubahnya seperti aspal. Itulah sebabnya lendir ini dengan sendirinya bermanfaat untuk sendirinya bermanfaat untuk mengaspal jalan. Tapi karena belum sempurna, hasilnya terang belum memuaskan, karena tidak cepat mengering sebagaimana lazimnya aspal. Minyak mentah tadi dicoba masak kembali. Ingin tahu apa hasilnya? Ternyata bisa menghasilkan cairan minyakyang jernih kekuning-kuningan. Dan tak sia-sia.

Cairan minyak ini dapat digunakan sebagai ganti bahan bakar bagi kendaraan bermotor. Dari penyulingan cairan yang jernih tadi, masih tertinggal cairan keruh kemerah-merahan. Zat itu bisa digunakan untuk penerangan. Sedang sisa hasil pemasakan kedua menghasilkan cairan kental hitam yang dapat digunakan sebagai pengganti teruntuk memoles pagar, tonggak dan semacamnya.
Selain bisa di suling biji karet bisa di jadikan makanan alternatif.
Kumpulkanlah biji karet, kemudian kupas kulit kerasnya. Rebus bersama abu kapur sampai setengah matang. Setelah itu dinginkan dan ganti dengan air bersih, diremas sehingga mengelupas dari kulit arinya. Selanjutnya rendamlah dengan air bersih kira-kira 2 hari 2 malam dan airnya diganti-ganti ? bersihkanlah bahan daun yang merupakan lapisan dalam kedua belahannya. Kemudian masak lagi dan kalau dirasa sudah cukup matang dikeluarkan dan dicuci bersih, terusdi tuntaskan dari airnya sampai agak kering. Sekarang mau masak apa dari bahan ini? Boleh digoreng dengan bumbu garam dan bawang putih secukupnya seperti membikin kacang bawang. Juga dapat dijadikan tambahan untuk memasak sayur atau juga tempe, seperti membuat tempe benguk atau koro.


sumber : majalah tempo

Selasa, 29 Juni 2010

Sejarah Tanaman Karet


Orang-orang yang diketahui pertama kali memanfaatkan karet dalam kehidupan sehari-hari adalah bangsa Amerika asli.
Mereka mengambil getah dari sejenis pohon penghasil getah yang tumbuh liar di hutan sekitar tempat tinggalnya dengan cara menebangnya.
Getah tersebut dikumpulkan dan selanjutnya dijadikan bola yang bisa dipantul-pantulkan sebagai alat permainan.
Getah tersebut juga dibuat menjadi alas kaki dan wadah minuman. Semua itu dicatat oleh Michele de Queno dalam pelayarannya ke Amerika pada tahun 1493.
Setelah laporan Michele de Queno dipublikasikan oleh para pendatang Eropa, 18 tahun kemudian banyak orang mulai tertarik dengan getah tanaman tersebut. Para ilmuwan tertarik mengetahui unsur yang terdapat didalam getah itu agar bisa dimanfaatkan lebih luas lagi.
Pada awal abad ke-16 tersebut dengan peralatan sederhana para ilmuwan berhasil mengidentifikasi tiga unsur yang ada didalam getah yang mereka teliti itu.
Unsur pertama disebut dengan “ susu “, kedua “ lilin “, dan yang terakhir adalah “ bahan yang ringan dan bening “ .

Pada awal abad ke – 18 sebuah buku yang komprehensif tentang karet ditulis secara khusus oleh Antonio Herera. Upaya pemahaman yang lebih mendalam selanjutnya dilakukan oleh sekelompok tim dari Academic Rovale de Sciences, Prancis, dengan ekspedisi pertama ke Amerika Selatan pada tahun 1735 karena di wilayah itu banyak tumbuh pohon penghasil getah tersebut.
Ekspedisi ini kemudian diikuti ekspedisi berikutnya. Salah satu tujuan kedua ekspedisi tersebut adalah mengetahui mengapa getah tanaman itu berbentuk bulat.
Hal ini disebabkan benda yang mereka kenal pertama kali tersebut memang berbentuk bola.
Pada ekspedisi Peru baru berhasil diketahui lebih banyak tentang tanaman yang selanjutnya disebut ‘ hevea ‘ atau karet ini. Dibantu penduduk setempat mereka menelusuri wilayah-wilayah yang merupakan tempat tanaman karet tumbuh. Pada ekspedisi ini pula berhasil ditemukan cara yang lebih efektif untuk memperoleh getah tanaman karet, yaitu dengan cara melukai atau menggores kulit batangnya. Sebelumnya penduduk setempat mendapatkan getah karet dengan cara menebangnya.
Hasil ekspedisi Peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan menyebut nama ‘ hevea ‘ dan dilengkapi gambar tenaman tersebut. Dengan pemahan yang lebih mendalam tentang tanaman hevea ini dimulailah era baru pemanfaatan karet menjadi barang-barang untuk keperluan sehari-hari.
Bangsa Eropa mengembangkan pemanfaatan karet menjadi lebih beragam, dari pakaian tahan air, penutup perabot agar kedap air, botol karet, penghapus, dan peralatan lainnya.
Sifat-sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami, sehingga penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrialisasi. Furcroy pada tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule pada tahun 1803 – 1853 menemukan sifat ketahan terhadap panas. Hancock pada tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat tidak meneruskan arus listrik pada benda ini.
Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman inipun Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk pertama kalinya pula disebutkan nama ilmiahnya, yaitu “ Hevea brasiliensis “ karena tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya diwilayah Amazon.

Sumber : Buku Budi Daya Karet,
karangan : Ir.Didit Heru Setiawan