Selasa, 29 Juni 2010

Sejarah Tanaman Karet


Orang-orang yang diketahui pertama kali memanfaatkan karet dalam kehidupan sehari-hari adalah bangsa Amerika asli.
Mereka mengambil getah dari sejenis pohon penghasil getah yang tumbuh liar di hutan sekitar tempat tinggalnya dengan cara menebangnya.
Getah tersebut dikumpulkan dan selanjutnya dijadikan bola yang bisa dipantul-pantulkan sebagai alat permainan.
Getah tersebut juga dibuat menjadi alas kaki dan wadah minuman. Semua itu dicatat oleh Michele de Queno dalam pelayarannya ke Amerika pada tahun 1493.
Setelah laporan Michele de Queno dipublikasikan oleh para pendatang Eropa, 18 tahun kemudian banyak orang mulai tertarik dengan getah tanaman tersebut. Para ilmuwan tertarik mengetahui unsur yang terdapat didalam getah itu agar bisa dimanfaatkan lebih luas lagi.
Pada awal abad ke-16 tersebut dengan peralatan sederhana para ilmuwan berhasil mengidentifikasi tiga unsur yang ada didalam getah yang mereka teliti itu.
Unsur pertama disebut dengan “ susu “, kedua “ lilin “, dan yang terakhir adalah “ bahan yang ringan dan bening “ .

Pada awal abad ke – 18 sebuah buku yang komprehensif tentang karet ditulis secara khusus oleh Antonio Herera. Upaya pemahaman yang lebih mendalam selanjutnya dilakukan oleh sekelompok tim dari Academic Rovale de Sciences, Prancis, dengan ekspedisi pertama ke Amerika Selatan pada tahun 1735 karena di wilayah itu banyak tumbuh pohon penghasil getah tersebut.
Ekspedisi ini kemudian diikuti ekspedisi berikutnya. Salah satu tujuan kedua ekspedisi tersebut adalah mengetahui mengapa getah tanaman itu berbentuk bulat.
Hal ini disebabkan benda yang mereka kenal pertama kali tersebut memang berbentuk bola.
Pada ekspedisi Peru baru berhasil diketahui lebih banyak tentang tanaman yang selanjutnya disebut ‘ hevea ‘ atau karet ini. Dibantu penduduk setempat mereka menelusuri wilayah-wilayah yang merupakan tempat tanaman karet tumbuh. Pada ekspedisi ini pula berhasil ditemukan cara yang lebih efektif untuk memperoleh getah tanaman karet, yaitu dengan cara melukai atau menggores kulit batangnya. Sebelumnya penduduk setempat mendapatkan getah karet dengan cara menebangnya.
Hasil ekspedisi Peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan menyebut nama ‘ hevea ‘ dan dilengkapi gambar tenaman tersebut. Dengan pemahan yang lebih mendalam tentang tanaman hevea ini dimulailah era baru pemanfaatan karet menjadi barang-barang untuk keperluan sehari-hari.
Bangsa Eropa mengembangkan pemanfaatan karet menjadi lebih beragam, dari pakaian tahan air, penutup perabot agar kedap air, botol karet, penghapus, dan peralatan lainnya.
Sifat-sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami, sehingga penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrialisasi. Furcroy pada tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule pada tahun 1803 – 1853 menemukan sifat ketahan terhadap panas. Hancock pada tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat tidak meneruskan arus listrik pada benda ini.
Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman inipun Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk pertama kalinya pula disebutkan nama ilmiahnya, yaitu “ Hevea brasiliensis “ karena tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya diwilayah Amazon.

Sumber : Buku Budi Daya Karet,
karangan : Ir.Didit Heru Setiawan

Optimasi Dan Kinetika Trans esterifikasi Minyak Sawit Menjadi Etil Ester


Bahan bakar biodiesel dari minyak nabati merupakan bahan bakar alternatif yang telah banyak dikaji mengenai proses produksi dan pemanfaatannya. Etil ester adalah salah satu biodiesel yang sudah digunakan sebagai campuran diesel petroleum.
Proses produksi etil ester melalui transesterifikasi minyak sawit menggunakan etanol dengan bantuan katalis basa telah diteliti dengan tujuan mengetahui kondisi optimum dan kinetika reaksi, Percobaan dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan reaktor kapasitas 1 liter yang dilengkapi dengan pengaduk magnetik, kondensor, termometer dan port tempat pengambilan sampel, Percobaan optimasi dilakukan menggunakan metoda Response Surface Methodology dengan desain percobaan berbentuk Central Composite Design (CCD).
Bahan yang digunakan adalah Refined-Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), etanol 99,9% dan katalis KOH. Sedang percobaan untuk kinetika dilakukan pada kondisi konsentrasi katalis 0,7%; rasio molar etanol terhadap minyak 10:1 dan temperatur 80ºC.

Dari hasil percobaan optimasi diperoleh bahwa ketiga faktor (variabel) konsentrasi katalis, rasio molar dan temperatur berpengaruh secara signifikan terhadap transesterifikasi minyak sawit menjadi etil ester dengan tingkat kepercayaan 99,99%. Kondisi optimum dari tiap variabel yaitu : konsentrasi katalis = 0,7% - 0,8%; rasio molar = 10:1 - 13:1 dan temperatur 80°C - 86°C. Transesterifikasi minyak sawit menjadi etil ester merupakan reaksi orde-2 dengan konstanta kecepatan reaksi pada 80ºC sebesar 9,8429 x 10-3 liter molar menit.

klick Sumber

Bahaya Radiasi Telepon Seluler Pada Balita


Ponsel berbahaya untuk anak-anak, Badan Perlindungan dan Keselamatan Radiasi Nuklir Australia, telah mengeluarkan peringatan resminya, setelah mengadakan studi selama satu dekade terakhir terhadap efek kesehatan dari penggunaan ponsel.
Badan ini mengatakan perlu diambil tindakan pencegahan terhadap anak untuk melindungi diri dari paparan radiasi karena risiko kesehatan dari penggunaan telepon selular jangka panjang mereka yang masih belum diketahui.
“Anak-anak harus didorong untuk membatasi eksposur dari ponsel ke kepala mereka dengan mengurangi waktu panggilan, dengan membuat penerimaan panggilan yang baik menggunakan perangkat hands-free, speaker atau dengan texting,” katanya.Badan – badan penasehat utama Persemakmuran proteksi radiasi Australia dan internasional melakukan tinjauan penelitian dan menyelesaikan penilaian untuk mengembangkan suatu pedoman dan rekomendasi baru.
Ini peringatan datang hanya beberapa minggu setelah studi internasional 10 tahun terkait pemakaian telepon selular dengan peningkatan terhadapresiko tumor otak.
Proyek interfon, penelitian terbesar di dunia efek ponsel terhadap kesehatan , tidak menemukan peningkatan risiko kanker secara keseluruhan, tetapi mereka yang berbicara minimal 30 menit sehari atau sampai 40 persen lebih mungkin bisa mengembangkan glioma,jenis yang paling umum kanker otak.
Profesor Bruce Armstrong, dari Sydney University School of Public Health, mengatakan radiasi ponsel lebih berbahaya bagi anak-anak karena tubuh mereka
akan diserap ke dalam otak anak, yang memiliki ponsel ke telinga mereka dibandingkan seorang dewasa yang memiliki percakapan yang sama,” katanya.
Profesor Armstrong, yang memimpin studi interfon untuk Australia, mengatakan bahwa ia mendukung saran kantor radiasi, tetapi berhenti menelepon untuk itu harus diperluas ke semua pengguna ponsel.
Greens Senator Bob Brown mengatakan peringatan kesehatan harus diterbitkan untuk semua pengguna ponsel. “
untuk semua pengguna ponsel. “Tidak ada bukti penggunaan ponsel aman dan Ponsel berbahaya untuk anak-anak.

sumber :djumtks.Co.Cc