Setelah Perang Dingin mereda danindustri persenjataan masuk dalam mekanisme hukum pasar, terjadi rivalitas baru dengan melibatkan pemain lama. Produsensenjata dari Eropa Barat, AmerikaSerikat, dan Rusia berlomba menawarkan produknya ke negara – negara yang membutuhkannya, tak terkecuali permintaan peluru kendali anti kapal yang telah menjadi senjata strategiis angkatan laut. Rusia berambisi meraih kembali kejayaan produk rudalnya di pasar internasional seperti pada era 1960 dan 1970-an dengan mengembangkan rudal supersonic Yakhont yang menggabungkan keunggulan rudal buatan Barat dan Rusia.
Saat peluru kendali mulai digunakan sebagai senjata kapal perang pada pertengahan dasawarsa 1960-an, rudal buatanUni Sovyet waktu itu langsung meroket namanya karena keberhasilannya di medan perang laut di Timur Tengah dan Asia Selatan. Pada tanggal 21 Oktober1967 rudal anti kapal SS-N-2A Styx yang diluncurkan oleh kapal tempur ringan Kelas Komar milik AL Mesir berhasil menenggelamkankapal perusak Eiliath milik AL Israeldi perairan pelabuhan Alexandria. Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 5 Desember 1971, rudal ini sukses menjalankan misinya saat kapal tempur ringan kelas Osa AL India menenggelamkan sebuah kapal perusak Khaibar dankapal penyapu ranjau Muhafiz nilikAL Pakistan di perairan Karachi. Sejak saat itu rudal yang berkecepatan 660 knot (0,9 mach) membawa bahan peledak seberat 500 kg, dan menggunakan radar dan pencari panas (infra merah) sebagai sisten homing -nya ini laris dipesanoleh tidak kurang dari 40 negara termasuk Indonesia yang di era 1970-an mengoperasikan satu skwadron kapal tempur cepat klas Komar.
Meskipun hingga tahun 1990 Uni Sovyet/Rusia mengembangkan 15 jenis rudal anti kapal, namun pamornya meredup dibawah bayang – bayang popularitas Exocet yang dikembangkan Prancis dan Harpoon buatan Amerika Serikat. Exocet tampil sebagai primadona dalam Perang Malvinas 1981. Rudal ini mampu merusakkan sejumlah kapal AL Inggris dan menenggelamkan dua kapal diantaranya. US Navy juga pernah merasakan kehebatan rudal anti kapal ini ketika USS Stark yang sedang berpatroli di perairan Teluk Persia dalam Perang Irak – Iran menjadi korbansalah tembak rudal Exocet . Kehebatan Harpoon ditunjukkan Amerika Serikat dalam konflik dengan Libya dan menyerang sasaran – sasaran darat ke objek– objek yang dianggap penting di Irak.
Sampai saat ini Harpoon dan Exocet mendominasi 65% pasar rudal anti kapal dunia, rudal Rusiahanya mencakup 20 %, dan sisanya milik produsen Eropa Barat(Italia dan Swedia), Cina danIsrael. Dominasi rudal Amerika Serikat dan Prancis tersebut terutama disebabkan oleh kemampuan rudal itu sendiri dan fleksibilitas penempatan di semua platform ( ability of shipboard ). Baik Harpoon maupun Exocet memiliki olah gerak yang menyulitkan pertahanan anti kapal karena kedua rudal ini padajarak tertentu mampu terbang rendah (2-3 meter) di atas permukaan air (sea skiming). Manuver ini menyulitkan daya deteksi kapal – kapal atas air yang radarnya dipasang pada tiang utama kapal. Pengembanganteknologi lain dari kedua rudal ini adalah penerapan Electronic counter counter measure (ECCM) yang memungkinkan rudal menghindari upaya mengecoh atau mengalihkan perhatian yang dipancarkan dari kapal perang seperti penggunaan Chaff dan Decoy . Faktor kedua dari sukses kedua rudal ini adalah bentuknya yang relatif ringan, dengan panjang kurang dari 4 meter memungkinkan senjata ini bisa dipasang di berbagai jenis kapal perang, dari kapal tempur ringan seperti kapal perang kelas Sea Dragon AL Singapura hingga kapalpenjelajah besar seperti kelas Arleigh Burke AL Amerika Serikat. Lebih dari itu, varian dari kedua rudal ini bisa dibawa oleh pesawatudara sayap putar dan sayap tetap seperti helikopter Super Puma yang mampu membawa dua Exocet dan pesawat tempur F-18 Hornet yang mampu membawa sepasang Harpoon.
Rudal – rudal anti kapal yang dikembangkan Rusia memiliki keunggulan dari sisi kecepatan dan daya ledak. Rudal – rudal Barat rata – rata berkecepatan 0,85 mach/ kecepatan suara(Harpoon AGM-84) hingga 2,3 mach(Sidearm AGM-122A). Sedangkan rudal Rusia berkisar 0,9 mach(rudal Styx)-3,5 mach(rudal Kingfisher). Rudal Rusiarata – rata berukuran besar danlebar panjangnya antara 6-9 meter yang berisi perangkat roket pendorong besar sehingga mampu menerbangkan rudal sedemikian cepat. Faktor kecepatan ini menyulitkan reaksi pertahanan anti rudal kapal perang yang menjadi target rudal tersebut.
Sumber =Naval Force &Jane’s Fighting Ship 2003-04
Meskipun hingga tahun 1990 Uni Sovyet/Rusia mengembangkan 15 jenis rudal anti kapal, namun pamornya meredup dibawah bayang – bayang popularitas Exocet yang dikembangkan Prancis dan Harpoon buatan Amerika Serikat. Exocet tampil sebagai primadona dalam Perang Malvinas 1981. Rudal ini mampu merusakkan sejumlah kapal AL Inggris dan menenggelamkan dua kapal diantaranya. US Navy juga pernah merasakan kehebatan rudal anti kapal ini ketika USS Stark yang sedang berpatroli di perairan Teluk Persia dalam Perang Irak – Iran menjadi korbansalah tembak rudal Exocet . Kehebatan Harpoon ditunjukkan Amerika Serikat dalam konflik dengan Libya dan menyerang sasaran – sasaran darat ke objek– objek yang dianggap penting di Irak.
Sampai saat ini Harpoon dan Exocet mendominasi 65% pasar rudal anti kapal dunia, rudal Rusiahanya mencakup 20 %, dan sisanya milik produsen Eropa Barat(Italia dan Swedia), Cina danIsrael. Dominasi rudal Amerika Serikat dan Prancis tersebut terutama disebabkan oleh kemampuan rudal itu sendiri dan fleksibilitas penempatan di semua platform ( ability of shipboard ). Baik Harpoon maupun Exocet memiliki olah gerak yang menyulitkan pertahanan anti kapal karena kedua rudal ini padajarak tertentu mampu terbang rendah (2-3 meter) di atas permukaan air (sea skiming). Manuver ini menyulitkan daya deteksi kapal – kapal atas air yang radarnya dipasang pada tiang utama kapal. Pengembanganteknologi lain dari kedua rudal ini adalah penerapan Electronic counter counter measure (ECCM) yang memungkinkan rudal menghindari upaya mengecoh atau mengalihkan perhatian yang dipancarkan dari kapal perang seperti penggunaan Chaff dan Decoy . Faktor kedua dari sukses kedua rudal ini adalah bentuknya yang relatif ringan, dengan panjang kurang dari 4 meter memungkinkan senjata ini bisa dipasang di berbagai jenis kapal perang, dari kapal tempur ringan seperti kapal perang kelas Sea Dragon AL Singapura hingga kapalpenjelajah besar seperti kelas Arleigh Burke AL Amerika Serikat. Lebih dari itu, varian dari kedua rudal ini bisa dibawa oleh pesawatudara sayap putar dan sayap tetap seperti helikopter Super Puma yang mampu membawa dua Exocet dan pesawat tempur F-18 Hornet yang mampu membawa sepasang Harpoon.
Rudal – rudal anti kapal yang dikembangkan Rusia memiliki keunggulan dari sisi kecepatan dan daya ledak. Rudal – rudal Barat rata – rata berkecepatan 0,85 mach/ kecepatan suara(Harpoon AGM-84) hingga 2,3 mach(Sidearm AGM-122A). Sedangkan rudal Rusia berkisar 0,9 mach(rudal Styx)-3,5 mach(rudal Kingfisher). Rudal Rusiarata – rata berukuran besar danlebar panjangnya antara 6-9 meter yang berisi perangkat roket pendorong besar sehingga mampu menerbangkan rudal sedemikian cepat. Faktor kecepatan ini menyulitkan reaksi pertahanan anti rudal kapal perang yang menjadi target rudal tersebut.
Sumber =Naval Force &Jane’s Fighting Ship 2003-04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar